All about Mee in P

Saturday, December 02, 2006

Demi kamu

WARNING!!!
Cerita ini fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama, tempat, kejadian semuanya hanya kebetulan dan tidak ada faktor kesengajaan. (Mungkin juga itu yg ngasih inspirasi ke aku sih :p)


“Makasih ya, kamu mau nemenin aku. Kamu baik banget sih!” kataku ketika kita selesai pesan makanan di warung lesehan sehabis nonton bareng. Kamu hanya tersenyum manis menanggapi kata-kataku. Ayo dong, ngomong sesuatu! Kalo kamu diem aja, aku nih yang bakalan ngomong. Tapi kamu tetap diam sambil melipat sapu tangan yang kamu pakai menutupi wajah saat naik motor tadi.

“Kamu tetep mau jadi temenku dan baik sama aku kan, kalo aku jadi suka sama kamu?” tanyaku akhirnya karena kamu gak ngomong apa-apa. Sebenarnya aku berharap kamu ngomong sesuatu supaya pertanyaanku itu gak meluncur dari mulutku.

Tepat seperti dugaanku, kamu menoleh kaget ke arahku saat pertanyaan tadi selesai kuucapkan. Kamu menatap lekat mataku seakan mencari kebohongan di sana. Aku sempat kelimpungan menerima pandangan matamu, tetapi kuusahakan untuk tetap tersenyum dan melihat bola matamu dengan sungguh-sungguh.

“Kamu gak salah makan ato minum obat kan?” tanyamu di tengah kekagetanmu.

“Ya, enggak lah! Ini juga baru pesen makanan. Tuh lagi dibikinin sama masnya. Lagian aku gak sakit kok, jadi gak minum obat apapun.” Kamu membuatku tertawa dengan pertanyaanmu yang lucu. Lalu kamu ikut tersenyum melihat aku tertawa terpingkal-pingkal. Dan kekagetanmu mulai memudar seiring dengan semakin melebarnya senyumanmu.

“Habisnya pertanyaanmu aneh banget sih. Tiba-tiba lagi!” katamu sambil mengisyaratkan supaya aku berhenti tertawa.

“Aku bener-bener serius dengan pertanyaanku tadi.” kataku setelah aku tenang. Kembali aku duduk dan tersenyum tenang. “Memang belum berapa lama kita kenal dan akrab. Tapi selama ini aku merasa cocok ngobrol ma kamu. Merasa nyaman keluar ato jalan ma kamu. Meski aku tau aku belum tau semua tentang kamu tapi aku merasa bahwa aku menyukai kamu. Seperti halnya seorang wanita menyukai seorang pria tentunya. Lebih dari rasa suka sebagai seorang teman. Kamu ngerti maksudku kan?”

Wajahmu kembali menunjukkan keterkejutan. Duuhhh…kamu tuh lucu banget sih. Lihat wajahmu yang polos itu. Lihat juga bibirmu yang memerah karena tak pernah tersentuh rokok. Dan lihat matamu yang gede dengan bola mata yang berputar kesana-kemari. Ngegemesin banget tahu!

Saat itu minuman yang kita pesan datang. Segera kamu seruput es teh pesanan kamu. Kok jadi kamu yang kehausan yah? Padahal aku kan yang ngomong banyak. Aku juga ikut meminum es jeruk pesananku. Lalu ketika aku mau melanjutkan ucapanku, kulihat kamu mau mengatakan sesuatu.

“Jujur saja aku seneng banget cewek semanis kamu jatuh suka ma aku.” Duh, kamu kok bisa ngerayu juga ternyata ya. Pipiku kan jadi terasa panas karena kamu ngomong gitu. Sebelum kamu lihat perubahan di wajahku, buru-buru kujatuhkan mukaku pura-pura meneyeruput esku lagi.

“Tapi ya…kamu kan tau sendiri kalo aku punya seseorang yang aku tunggu. Aku ga bisa menyukaimu lebih dari seorang temen. Kamu ngerti kan? Aku sudah bercerita banyak tentang dia kan?”

Duuhhh… kamu straight banget sih nolaknya. Aku kan jadi patah hati dengan sukses. Untung aja aku dah bawa persiapan lem hati dari rumah. Tapi meski begitu, tak urung hilang juga senyum di wajahku dan dudukku pun jadi jengah.

“Aku tahu kok. Aku juga sadar kamu ga bakalan bales perasaanku seperti yang aku rasakan ke kamu. Karena itulah aku suka kamu. Kamu baik kepada siapapun tetapi tetap setia menunggu seseorang yang kamu pilih. Sungguh beruntung cewek pilihanmu itu ya.” kataku setelah berhasil menata hatiku dan kembali tersenyum. Aku ga mau mewek di depan kamu. Aku dah siap ngomong jujur ke kamu dan siap dengan segala penolakanmu. Jadi aku berusaha untuk tetap tersenyum. “Aku hanya ingin ngungkapin perasaanku ke kamu. Aku gak pengen kamu dengar tentang ini dari orang lain trus kamu jadi jaga jarak sama aku. Aku gak pengen kehilangan seorang teman. Makanya aku tanya ke kamu tadi. Aku berharap kamu tetap mau jadi temanku, tetep baik ma aku meski dah tau gimana perasaan khususku ma kamu. Kamu gak usah merasa bersalah karena ga bisa bales perasaanku. Bukan salahmu kan kalo aku jadi suka kamu. Juga bukan salahmu kalo kamu suka orang lain. Gak ada yang salah di antara kita. Makanya kita masih bisa tetep berteman. Betul?”

Kamu kelihatan agak berpikir. Aku tahu kamu pasti ngerasa gak enak karena tiba-tiba muncul perasaan lain di hatiku terhadap kamu. Tapi seperti yang aku omongin tadi, gak ada yang salah dengan rasa suka kan? Kamu gak salah juga nolak aku karena dah ada seseorang yang kamu tunggu. Ketika akhirnya kamu bicara, “Tentu saja kita masih tetap bisa berteman. Jangan khawatir!”

Akhirnya aku bisa tersenyum lega mendengar jawabanmu itu. Juga karena bisa melihat kamu tersenyum manis. Senyum termanis darimu yang pernah aku lihat.

Ketika makanan pesanan kita datang, kitapun bisa makan dengan tenang dan berbicara seperti biasa.

***

Tetapi minggu-minggu kemudian keanehan mulai terjadi. Kamu jadi jarang membalas smsku. Kamu juga sering menghindar ketika aku menelponmu. Bahkan ketika aku minta tolong untuk ngater aku ke toko buku, kamu nolak dengan alasan kamu lembur di kantor. Ada apa sih dengan kamu? Katamu kita masih bisa berteman? Katamu kamu masih tetap mau menolongku? Tapi kenapa kamu jadi berubah? Apakah kamu benar-benar tidak menyukai perasaan lain yang muncul di antara kita? Jika iya, aku bisa kok ngilanginnya. Demi kamu, demi pertemanan kita, aku akan membuang semua perasaan itu. Jika itu yang membuat kamu nyaman, aku tidak akan mengusik-usik lagi tentang rasa itu. Tolonglah! Aku benar-benar merasa bersalah jika kamu menghindariku seperti ini. Lebih baik kamu berkata jujur ma aku jika kamu memang tidak bisa lagi berteman denganku. Jika memang melihatku pun kamu ogah. Jika memang tak ingin aku mengganggumu. Aku kan lakukan itu. Tapi tolong katakan itu secara jujur padaku. Dan satu lagi. Maafkan aku yang telah mengganggumu dengan perasaanku kepadamu. Hanya itu permintaan terakhirku.

Labels:

6 Comments:

Post a Comment

<< Home