Sak dheg sak nyet
"Kriiiiiiiing....."
Duh siapa seh pagi2 gini dah telpon?! Gak tau apa aku baru tidur subuh tadi! Meski dengan berat hati akhirnya aku jawab juga telpon itu (soalnya jariku dah otomatis tekan tombol 'yes'...jari yg menyebalkan!).
"Halo!" jawabku dengan suara yg kubuat-buat seakan ga baru bangun tidur. Tadi sempat ngelirik jam ternyata masih jam 8:19.
"Halo ini Mbak Emmy ya?" suara bapak2 terdengar di seberang sana.
"Iya."
"Saya si anu dari pemkot Mbak, dapat no telp Mbak Emmy dari pak ini." suara bapak itu ber-ramah2 sementara aku tetep dingin2 aja.
"Iya"
"Mau minta tolong sama Mbak Emmy soal transleter."
"Maksudnya?" Soal kerjaan toh? Aku mulai tertarik untuk mendengarkan.
"Begini lho Mbak Emmy, pemkot kan ada tamu rombongan wali kota Kochi (nama kota di Jepang yg punya hubungan sister city Surabaya). Jadi minta tolong Mbak Emmy jadi transleter."
"Ohh...(maksudnya interpreter yah...transleter ma interpreter lain atu pak! batinku) Kapan itu Pak?"
"Besok. Jadi mereka...."
"Besok tuh kapan ya Pak?" tanyaku menyela penjelasan si bapak pemkot. Biasanya 'besok'nya Ina nih kan macem2.
"Ya besok Rabu ini."
Rabu tuh brarti beneran besok dong! Sekarang kan Selasa, pikirku.
Walah kok mendadak sekali. Besok aku kan ada janji dengan 3 murid privatku. Juga ada janji ma guru privatku. Artinya aku besok full.
"Besok seharian apa Pak?" tanyaku mencoba. Kali aja cuma 1 jam gitu.
"Terserah gimana itungannya. Acaranya dari jam 11 sampe jam 3. Mungkin malah ga sampe jam 3.'
Wah ini dah beneran ga mungkin ditolelir. Bener2 ga bisa.
"Hmmmm... hmmmmm... gimana ya Pak..."
"Sepertinya sulit ya?"
"Iya Pak, saya besok memang tidak bisa. Bapak coba hubungi teman saya si anu ya. Dia pernah di Kochi dulu"
Akhirnya aku tolak kerjaan yg seharusnya lumayan itu. Habisnya aku dah ada janji kok! Siapa yg duluan itu yg aku utamakan tentunya.
Ini nih salah satu budaya orang Ina yg ga aku suka. Serba mendadak. Apa2 perlunya sekarang ya baru cari sekarang.
Dalam kasusku ini mereka kan orang pemerintahan yg menerima kunjungan dari orang pemerintahan juga. Otomatis mereka punya jadwal kan? Kalo emang perlu interpreter kan dah bisa diketahui dari jadwal kunjungan tersebut. So begitu mereka terima jadwa seharusnya mereka langsung mencari interpreter saat itu juga. Biar ga mendadak seperti ini.
Menyambut tamu kunjungan kerja seperti itu tentunya perlu persiapan kan? Lihat saja persiapan Ina dalam menyambut kedatangan si Bush. Kalo memang ada persiapan harusnya dipikirkan juga semua hal sampai mendetail. Semua tetek bengek penyambutan harus dipikirkan. Jangan kalo dah gagal baru dipikirkan. Ntar jadinya kaya kasus lumpur panas tuh yg ga segera selesai karena penanganannya terlambat. Coba kalo dari dulu, waktu semburannya masih kecil segera dipikirkan cara penyelesaiannya pasti ga menyusahkan banyak orang seperti sekarang ini. Lebih baik lagi tentunya kalau sebelum bergerak dikir bener segala kemungkinan yg ada, baik dan buruknya.
Ini kok aku malah ngomeli Lapindo dkk ya... :D
Kembali ke masalah si bapak pemkot tadi, karena penasaran gak berapa lama berselang aku sms temanku.
'Dah ditelpon orang pemkot?'
'Iya. Tapi dengan terpaksa aku tolak karena besok aku ngajar.'
'Iya tah? (tumben nih anak nolak) Trus kamu kasih siapa?'
'Iyo. Aku yo eman tapi kalo aku terima aku ga tanggung jawab dong ma kerjaan. And mereka pasti gitu terus. Aku juga bingung. Kubilang semua sibuk soale mendadak. Coba kalo 2/3 hari sebelumnya.'
'Betttuuullll itu! Ya udah biarin aja. Salah mereka sendiri mendadak. Paling juga ntar mereka dapet dari mana gitu.'
Terharu karena ternyata masih ada orang Ina yg bertanggung jawab ma yg diperbuat. Gak hanya mementingkan diri sendiri. Kalo mau temenku itu pasti bisa terima job pemkot dan meninggalkan kelasnya yg tidak seberapa menguntungkan. Tapi dia ga mau membuat orang lain susah karena kalo dia ga ngajar brarti harus ada yg menggantikannya sementara mencari guru pengganti sangat susah di kursusan mengingat jumlah pengajar yg terbatas.
Seandainya semua orang Ina ini menjadi orang yg bertanggung jawab dan tidak hanya mementingkan diri sendiri....
Secara tidak langsung aku bangga pada diriku karena dah nolak tawaran menggiurkan dan tetep mikir murid2ku. :p
Duh siapa seh pagi2 gini dah telpon?! Gak tau apa aku baru tidur subuh tadi! Meski dengan berat hati akhirnya aku jawab juga telpon itu (soalnya jariku dah otomatis tekan tombol 'yes'...jari yg menyebalkan!).
"Halo!" jawabku dengan suara yg kubuat-buat seakan ga baru bangun tidur. Tadi sempat ngelirik jam ternyata masih jam 8:19.
"Halo ini Mbak Emmy ya?" suara bapak2 terdengar di seberang sana.
"Iya."
"Saya si anu dari pemkot Mbak, dapat no telp Mbak Emmy dari pak ini." suara bapak itu ber-ramah2 sementara aku tetep dingin2 aja.
"Iya"
"Mau minta tolong sama Mbak Emmy soal transleter."
"Maksudnya?" Soal kerjaan toh? Aku mulai tertarik untuk mendengarkan.
"Begini lho Mbak Emmy, pemkot kan ada tamu rombongan wali kota Kochi (nama kota di Jepang yg punya hubungan sister city Surabaya). Jadi minta tolong Mbak Emmy jadi transleter."
"Ohh...(maksudnya interpreter yah...transleter ma interpreter lain atu pak! batinku) Kapan itu Pak?"
"Besok. Jadi mereka...."
"Besok tuh kapan ya Pak?" tanyaku menyela penjelasan si bapak pemkot. Biasanya 'besok'nya Ina nih kan macem2.
"Ya besok Rabu ini."
Rabu tuh brarti beneran besok dong! Sekarang kan Selasa, pikirku.
Walah kok mendadak sekali. Besok aku kan ada janji dengan 3 murid privatku. Juga ada janji ma guru privatku. Artinya aku besok full.
"Besok seharian apa Pak?" tanyaku mencoba. Kali aja cuma 1 jam gitu.
"Terserah gimana itungannya. Acaranya dari jam 11 sampe jam 3. Mungkin malah ga sampe jam 3.'
Wah ini dah beneran ga mungkin ditolelir. Bener2 ga bisa.
"Hmmmm... hmmmmm... gimana ya Pak..."
"Sepertinya sulit ya?"
"Iya Pak, saya besok memang tidak bisa. Bapak coba hubungi teman saya si anu ya. Dia pernah di Kochi dulu"
Akhirnya aku tolak kerjaan yg seharusnya lumayan itu. Habisnya aku dah ada janji kok! Siapa yg duluan itu yg aku utamakan tentunya.
Ini nih salah satu budaya orang Ina yg ga aku suka. Serba mendadak. Apa2 perlunya sekarang ya baru cari sekarang.
Dalam kasusku ini mereka kan orang pemerintahan yg menerima kunjungan dari orang pemerintahan juga. Otomatis mereka punya jadwal kan? Kalo emang perlu interpreter kan dah bisa diketahui dari jadwal kunjungan tersebut. So begitu mereka terima jadwa seharusnya mereka langsung mencari interpreter saat itu juga. Biar ga mendadak seperti ini.
Menyambut tamu kunjungan kerja seperti itu tentunya perlu persiapan kan? Lihat saja persiapan Ina dalam menyambut kedatangan si Bush. Kalo memang ada persiapan harusnya dipikirkan juga semua hal sampai mendetail. Semua tetek bengek penyambutan harus dipikirkan. Jangan kalo dah gagal baru dipikirkan. Ntar jadinya kaya kasus lumpur panas tuh yg ga segera selesai karena penanganannya terlambat. Coba kalo dari dulu, waktu semburannya masih kecil segera dipikirkan cara penyelesaiannya pasti ga menyusahkan banyak orang seperti sekarang ini. Lebih baik lagi tentunya kalau sebelum bergerak dikir bener segala kemungkinan yg ada, baik dan buruknya.
Ini kok aku malah ngomeli Lapindo dkk ya... :D
Kembali ke masalah si bapak pemkot tadi, karena penasaran gak berapa lama berselang aku sms temanku.
'Dah ditelpon orang pemkot?'
'Iya. Tapi dengan terpaksa aku tolak karena besok aku ngajar.'
'Iya tah? (tumben nih anak nolak) Trus kamu kasih siapa?'
'Iyo. Aku yo eman tapi kalo aku terima aku ga tanggung jawab dong ma kerjaan. And mereka pasti gitu terus. Aku juga bingung. Kubilang semua sibuk soale mendadak. Coba kalo 2/3 hari sebelumnya.'
'Betttuuullll itu! Ya udah biarin aja. Salah mereka sendiri mendadak. Paling juga ntar mereka dapet dari mana gitu.'
Terharu karena ternyata masih ada orang Ina yg bertanggung jawab ma yg diperbuat. Gak hanya mementingkan diri sendiri. Kalo mau temenku itu pasti bisa terima job pemkot dan meninggalkan kelasnya yg tidak seberapa menguntungkan. Tapi dia ga mau membuat orang lain susah karena kalo dia ga ngajar brarti harus ada yg menggantikannya sementara mencari guru pengganti sangat susah di kursusan mengingat jumlah pengajar yg terbatas.
Seandainya semua orang Ina ini menjadi orang yg bertanggung jawab dan tidak hanya mementingkan diri sendiri....
Secara tidak langsung aku bangga pada diriku karena dah nolak tawaran menggiurkan dan tetep mikir murid2ku. :p
Labels: diary
5 Comments:
Hahahaha.. pemkot gitu loww emm'. Jadi inget dulu waktu ke PJKA mau melajari system kontrol telekomunikasi disana.. ehhh kerjaannya tiap hari pada baca koran ama maen solitaire sepanjang hari. ehhh kaga nyambung yee :p
By
sus, at Tue Nov 14, 11:06:00 PM 2006
valens e,
iya ya lens...gitu kok masih buaanyaakk yg pengen jadi PNS ya? nganggur tiap hari tanpa kerjaan gitu apa enaknya?
memang orang yg aneh :D
By
Mee, at Wed Nov 15, 11:35:00 AM 2006
lo, aku ya mau jd PNS kok. soale maem gaji buta. sapa yg ga mau? huehueueheuhueuhe... soale gajiku yg skrg pas2an. lha klo aku ndobel jd PNS, kan isa dpt gaji tmbahan tanpa hrs korban tenaga banyak2. buahhauauha.. :p
By
Pre, at Fri Nov 17, 02:07:00 AM 2006
pre-chan e,
aduh dasaaaaarrr!!! mosok senengane makan gaji buta sih? ntar ikutan buta loh yaaaa :p
itukan bisa dikatakan korupsi kecil2an toh?
By
Mee, at Fri Nov 17, 03:47:00 AM 2006
gaji butanya kan cuma diPNSnya, em. klo di radio nya baru kerja beneran. kan sesuai ama jiwa n background pendidikan. PNSnya sih, cuma buat support gaji aja krn gaji di radio gak menjamin kesejahteraan. gitu loh, eem.. ;)
By
Pre, at Sat Nov 18, 03:48:00 PM 2006
Post a Comment
<< Home