Rumah tangga
Pulang ngajar aku berjalan bergegas (orang ina pasti ngomong cara jalanku adalah cara jalan orang yg terburu-buru padahal biasa aja, hanya 'bergegas') karena ingat ada janji dengan teman di kosan. Begitu masuk gang jalanku ga bisa bergegas lagi karena ada sepasang bapak dan ibu (kira2 umur berapa aku ga tau soalnya cuma lihat dari belakang, tapi yg jelas di atas 50th deh) sedang berjalan dengan mesra bergandengan tangan (tepatnya si ibu menggandeng tangan si bapak).
Pertama aku mo mendahului mereka (biasa aku paling ga suka ma orang yg jalannya lelet) tapi aku berubah pikiran. Toh kosku ga jauh lagi. Lagian apa salahnya sih jalan pelan-pelan?
Berjalan di belakan pasangan bapak-ibu ini membuatku berpikir betapa indahnya bila aku nanti juga bisa membina rumah tangga yang damai dan tetap rukun sampai tua seperti mereka. Tidak seperti pasangan2 akhir2 ini yg cepat sekali memutuskan untuk berpisah padahal pernikahan mereka masih seumur jagung. Emang sekarang lagi trend kali ya... Tapi cerai kok dijadikan trend. Sama sekali tidak bisa dicontoh! >< (kok aku malah jadi emosi yah, hehehe...)
Meski perceraian akhir2 ini sering terjadi di seluruh belahan bumi tetapi aku rasa kita tidak perlu meniru hal itu. Tul ga?
Semua masalah pasti ada jalan keluarnya. Janganlah "ketidak-cocokan" dijadikan sebuah alasan. Jika sudah memutuskan untuk hidup bersama kenapa tidak mencoba menerima segala kekurang pasangan? Bukankah tidak ada manusia sempurna di dunia ini?
Sampai beberapa waktu yang lalu aku memutuskan untuk tidak akan menikah sampai akhir hayat. Bukan karena patah hati atau trauma berhubungan dengan seorang laki2 tapi karena aku merasa bahwa perkawinan adalah sebuah hal yang sangat merepotkan. Terutama dari pihak wanita. Bayangkan betapa berat tugas seorang wanita yang sudah menikah. Mengurus rumah tangga, mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang serasa tiada habisnya (apalagi jika ada si kecil) di tambah lagi pekerjaan di kantor jika si wanita adalah pekerja kantoran.
Tetapi akhir2 ini aku rasa aku telah berubah pikiran. Apalagi jika melihat pasangan yang langgeng sampai maut memisahkan mereka. Aku merasa tertantang juga untuk mimbina bahtera kehidupan dengan seorang lawan jenis. Seakan jiwa petualangku berontak untuk melakukan petulangan di tempat yang dinamakan "rumah tangga". Memang belum dalam waktu dekat ini tetapi suatu saat aku pasti juga akan mendapatkan peran sebagai seorang ibu rumah tangga dalam panggung sandiwara dunia ini. :) Dan aku akan berusaha memerankan perananku sebaik-baiknya.
Tapi, tapi, tapi...ga sekarang yaaa....
Selain ga ada pasangannya juga belum kepikiran. Tapi aku tetep buka lowongan kok. :)
Dengan syarat, jika ingin serius tolong beri aku kesempatan paling tidak 5 tahun untuk melakukan segala hal yang kupercaya bisa menjadi bekalku menjalankan peranku kelak. OK?
Pertama aku mo mendahului mereka (biasa aku paling ga suka ma orang yg jalannya lelet) tapi aku berubah pikiran. Toh kosku ga jauh lagi. Lagian apa salahnya sih jalan pelan-pelan?
Berjalan di belakan pasangan bapak-ibu ini membuatku berpikir betapa indahnya bila aku nanti juga bisa membina rumah tangga yang damai dan tetap rukun sampai tua seperti mereka. Tidak seperti pasangan2 akhir2 ini yg cepat sekali memutuskan untuk berpisah padahal pernikahan mereka masih seumur jagung. Emang sekarang lagi trend kali ya... Tapi cerai kok dijadikan trend. Sama sekali tidak bisa dicontoh! >< (kok aku malah jadi emosi yah, hehehe...)
Meski perceraian akhir2 ini sering terjadi di seluruh belahan bumi tetapi aku rasa kita tidak perlu meniru hal itu. Tul ga?
Semua masalah pasti ada jalan keluarnya. Janganlah "ketidak-cocokan" dijadikan sebuah alasan. Jika sudah memutuskan untuk hidup bersama kenapa tidak mencoba menerima segala kekurang pasangan? Bukankah tidak ada manusia sempurna di dunia ini?
Sampai beberapa waktu yang lalu aku memutuskan untuk tidak akan menikah sampai akhir hayat. Bukan karena patah hati atau trauma berhubungan dengan seorang laki2 tapi karena aku merasa bahwa perkawinan adalah sebuah hal yang sangat merepotkan. Terutama dari pihak wanita. Bayangkan betapa berat tugas seorang wanita yang sudah menikah. Mengurus rumah tangga, mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang serasa tiada habisnya (apalagi jika ada si kecil) di tambah lagi pekerjaan di kantor jika si wanita adalah pekerja kantoran.
Tetapi akhir2 ini aku rasa aku telah berubah pikiran. Apalagi jika melihat pasangan yang langgeng sampai maut memisahkan mereka. Aku merasa tertantang juga untuk mimbina bahtera kehidupan dengan seorang lawan jenis. Seakan jiwa petualangku berontak untuk melakukan petulangan di tempat yang dinamakan "rumah tangga". Memang belum dalam waktu dekat ini tetapi suatu saat aku pasti juga akan mendapatkan peran sebagai seorang ibu rumah tangga dalam panggung sandiwara dunia ini. :) Dan aku akan berusaha memerankan perananku sebaik-baiknya.
Tapi, tapi, tapi...ga sekarang yaaa....
Selain ga ada pasangannya juga belum kepikiran. Tapi aku tetep buka lowongan kok. :)
Dengan syarat, jika ingin serius tolong beri aku kesempatan paling tidak 5 tahun untuk melakukan segala hal yang kupercaya bisa menjadi bekalku menjalankan peranku kelak. OK?
Labels: diary
0 Comments:
Post a Comment
<< Home