Sedikit renungan
Kalau hitunganku tidak keliru, 'masih' 12 hari lagi untuk sampai ke tanggal 24 Oktober 2006.
Dan 'masih' 9 hari lagi untuk sampai ke tanggal 21 Oktober. Awal liburan Hari Raya Idul Fitri.
Tapi hari ini 1 orang anak kosku dah pulang kampung, padahal kampung halamannya ga jauh-jauh dari Surabaya. Dia berencana bolos kuliah seminggu depan. Sementara aku harus tunggu sampai tanggal 21 untuk bisa mudik, hiks... Gakusei wa ii naa...(Enaknya jadi mahasiswa *iri mode : on*)
Tapi kalau mengingat temanku yang lagi menimba ilmu di negeri orang, yang katanya sudah 6 tahun ga bisa sungkem ma ortu, aku merasa harus bersyukur. Alhamdulillah aku masih bisa mudik setiap lebaran. Juga masih bisa merasakan ketupat dan teman-temannya yang bagiku ga seberapa istimewa. Sampai merasa aneh ketika temanku itu mengatakan sangat ingin makan ketupat dan pendampingnya. Aku harus membayangkan dulu seperti apa enaknya ketupat kalau aku tidak bisa memakannya selama 6 tahun. Mungkin nikmatnya seperti makan bakso setelah beberapa hari ga memakannya ya?
Ngomong-ngomong soal berlebaran di negeri orang jadi ingat lebaranku 4 tahun lalu. Saat itu aku mengikuti program pertukaran pelajar di Jepang selama 1 tahun. Aku bisa merasakan bagaimana 'ringan'nya berpuasa di daerah yang dingin. Tapi juga sedih karena setiap sore harus cangkruk di luar hanya untuk mengecek apakah matahari sudah benar-benar tenggelam karena tidak terdengar adzan Maghrib dari manapun. Padahal aku sudah mempunyai daftar sholat 5 waktu juga waktu imsak tetapi tetap saja tidak tenang berbuka jika belum mendengar suara adzan (yang tidak mungkin kudengar di Jepang).
Saat itu karena masih memasuki bulan ke-3 di tempat baru jadi belum mempunyai teman (dan memang teman muslim sangat sedikit) akhirnya buka dan sahur merupakan saat yang sangat menyedihkan. Acara berbuka adalah makan sendirian dengan makanan bekal dari convenience store yang ga seberapa enak. Hanya 2 kali selama 1 bulan aku berbuka bersama teman karena ada acara buka dan Tarawih bersama. Sahur hanya minum susu saking malesnya bangun karena dinginnya udara. Akibatnya aku masuk angin dan terserang maag karena kebiasaan burukku itu. :(
1 bulan yang tidak maksimal aku jalani hingga tiba saat lebaran. Bingung mau sholat IED di mana, sementara kawan Malaysia dah cabut ke tempat kawan mereka untuk merayakan hari raya (tentu saja dengan bolos kuliah). Malam lebaran yang sangat sepi, tanpa gema takbir, tanpa kawan dan tanpa rencana (tapi aku dah niat bolos kuliah esok harinya dengan ijin kepada dosen pembimbing).
Lebaran hari H, pagi hari, ada sms dari teman Indonesia yang tinggal di kota yang sama denganku. "Jam 11 sholat IED di tempat biasa sholat Jumat." Hah, sholat IED model apa ini kok mulai jam 11 siang? Ga salah ma sholat Jumat tah? (Lebaran 2002 jatuh pada hari Jumat)
Akhirnya aku datang juga. Pikirku biarin aja wong imamnya orang Mesir kok, kalo ada apa-apa kan tanggungan imam, hehehe,,, cari amannya diri sendiri. Dan itu adalah sholat IED tersepi yang pernah kuikuti. Gimana ga sepi coba anggotanya ga lebih dari 10 orang. Benar-benar ragu apakah sholat kami sah? Tapi kemudian cuek lagi. Toh bukan sholat wajib kan? :)
Setelah sholat kami berpesta kecil-kecilan. Ternyata para dokter (orang-orang dari Mesir dan Bangladesh adalah mahasiswa kedokteran) itu telah mempersiapkan makanan khas lebaran dari negara mereka sendiri-sendiri. Hiks,,,jadi terharu sekaligus malu karena aku ga bawa apa-apa. Lebaran dengan pesta kecil yang berkesan.
Malamnya menelpon ke rumah minta maaf ma ortu (meski ga bisa sungkem) juga keluarga. Cerita pengalaman berlebaranku yang rada nyleneh hari itu. Kalo diingat lagi benar-benar lebarang teraneh yang kualami sampai saat ini.
Beberapa hari kemudian aku cek mailing list teman-teman mahasiswa yang seangkatan ma aku ke Jepang, aku menemukan fakta bahwa temanku merayakan lebaran di Kedubes RI bersama beratus-ratus muslim Ina yang lain. Juga cerita mereka bisa makan makanan khas lebaran juga makanan Indonesia yang lain. Aku shock sambil berteriak-teriak membaca mail temanku itu. Menyesal kenapa tidak pergi ke Tokyo. Marah-marah ma teman karena tidak diberi tahu tentang sholat IED di Kedubes.
Kemudian pesta kecil kami di Matsumoto (kota tempat aku tinggal saat itu) pun cukup mengobati kekecewaanku. Tapi itu 4 tahun kemudian. Setelah 4 tahun berlalu dari lebaran 2002, setelah aku mendengar cerita temanku yang sudah lama tidak berlebaran di kampung halaman, juga cerita tentang betapa nelangsanya dia hanya makan siang 1 onigiri (nasi kepal Jepang dibungkus rumput laut) tanpa sholat IED, tanpa pesta dan tanpa libur kuliah.
"Kenapa kamu tidak ijin ke dosenmu?" tanyaku penasaran campur emosi karena keterlaluan kalo dosen tidak mengijinkan seorang muslim untuk merayakan Idul Fitri.
"Hari itu ada kuliah wajib untuk anak tingkat 1 yang hanya diadakan hari itu saja. Kuliah khusus. Jadi aku tidak diijinkan bolos." jawab temanku memelas.
"Susah juga ya. Tapi pasti ada hikamahnya semua itu. Kamu jadi bisa lebih mensyukuri momen yang disebut Hari Raya Idul Fitri kan?"
Sebenarnya ucapanku di atas lebih tepat diucapkan untuk aku sendiri. Jika ingat cerita teman-teman tengtang lebaran mereka yang mengenaskan, aku menjadi sangat bersyukur karena sampai saat ini masih diijinkan merayakan hari raya bersama ortu dan keluarga yang menyayangiku.
Tapi aku masih merasa beberapa Ramadhanku masih belum maksimal dan masih kusia-siakan. Tahun inipun Ramadhan akan segera berakhir dan aku juga merasa belum mendapatkan ke-fitrah-an yang kuharapkan. Meski masih ada kesempatan, aku merasa itu belum cukup untuk membersihkan diriku dari dosa-dosa yang sudah kuperbuat. Harapanku adalah semoga aku masih diberi kesempatan untuk menjumpai bulan Ramadhan tahun depan. Dan dengan sedikit waktu yang tersisa ini aku berharap bisa lebih mendapat ampunan-Nya atas dosa-dosa yang telah kuperbuat.
Mungkin postingan ini sangat tidak penting bagi beberapa orang, tapi aku berharap masih ada yang bisa bersyukur karena masih bisa menikmati bulan Ramadhan dan akan merayakan lebaran tahun ini. Semoga kita semua mendapatkan yang terbaik untuk kita. Amin.
Dan 'masih' 9 hari lagi untuk sampai ke tanggal 21 Oktober. Awal liburan Hari Raya Idul Fitri.
Tapi hari ini 1 orang anak kosku dah pulang kampung, padahal kampung halamannya ga jauh-jauh dari Surabaya. Dia berencana bolos kuliah seminggu depan. Sementara aku harus tunggu sampai tanggal 21 untuk bisa mudik, hiks... Gakusei wa ii naa...(Enaknya jadi mahasiswa *iri mode : on*)
Tapi kalau mengingat temanku yang lagi menimba ilmu di negeri orang, yang katanya sudah 6 tahun ga bisa sungkem ma ortu, aku merasa harus bersyukur. Alhamdulillah aku masih bisa mudik setiap lebaran. Juga masih bisa merasakan ketupat dan teman-temannya yang bagiku ga seberapa istimewa. Sampai merasa aneh ketika temanku itu mengatakan sangat ingin makan ketupat dan pendampingnya. Aku harus membayangkan dulu seperti apa enaknya ketupat kalau aku tidak bisa memakannya selama 6 tahun. Mungkin nikmatnya seperti makan bakso setelah beberapa hari ga memakannya ya?
Ngomong-ngomong soal berlebaran di negeri orang jadi ingat lebaranku 4 tahun lalu. Saat itu aku mengikuti program pertukaran pelajar di Jepang selama 1 tahun. Aku bisa merasakan bagaimana 'ringan'nya berpuasa di daerah yang dingin. Tapi juga sedih karena setiap sore harus cangkruk di luar hanya untuk mengecek apakah matahari sudah benar-benar tenggelam karena tidak terdengar adzan Maghrib dari manapun. Padahal aku sudah mempunyai daftar sholat 5 waktu juga waktu imsak tetapi tetap saja tidak tenang berbuka jika belum mendengar suara adzan (yang tidak mungkin kudengar di Jepang).
Saat itu karena masih memasuki bulan ke-3 di tempat baru jadi belum mempunyai teman (dan memang teman muslim sangat sedikit) akhirnya buka dan sahur merupakan saat yang sangat menyedihkan. Acara berbuka adalah makan sendirian dengan makanan bekal dari convenience store yang ga seberapa enak. Hanya 2 kali selama 1 bulan aku berbuka bersama teman karena ada acara buka dan Tarawih bersama. Sahur hanya minum susu saking malesnya bangun karena dinginnya udara. Akibatnya aku masuk angin dan terserang maag karena kebiasaan burukku itu. :(
1 bulan yang tidak maksimal aku jalani hingga tiba saat lebaran. Bingung mau sholat IED di mana, sementara kawan Malaysia dah cabut ke tempat kawan mereka untuk merayakan hari raya (tentu saja dengan bolos kuliah). Malam lebaran yang sangat sepi, tanpa gema takbir, tanpa kawan dan tanpa rencana (tapi aku dah niat bolos kuliah esok harinya dengan ijin kepada dosen pembimbing).
Lebaran hari H, pagi hari, ada sms dari teman Indonesia yang tinggal di kota yang sama denganku. "Jam 11 sholat IED di tempat biasa sholat Jumat." Hah, sholat IED model apa ini kok mulai jam 11 siang? Ga salah ma sholat Jumat tah? (Lebaran 2002 jatuh pada hari Jumat)
Akhirnya aku datang juga. Pikirku biarin aja wong imamnya orang Mesir kok, kalo ada apa-apa kan tanggungan imam, hehehe,,, cari amannya diri sendiri. Dan itu adalah sholat IED tersepi yang pernah kuikuti. Gimana ga sepi coba anggotanya ga lebih dari 10 orang. Benar-benar ragu apakah sholat kami sah? Tapi kemudian cuek lagi. Toh bukan sholat wajib kan? :)
Setelah sholat kami berpesta kecil-kecilan. Ternyata para dokter (orang-orang dari Mesir dan Bangladesh adalah mahasiswa kedokteran) itu telah mempersiapkan makanan khas lebaran dari negara mereka sendiri-sendiri. Hiks,,,jadi terharu sekaligus malu karena aku ga bawa apa-apa. Lebaran dengan pesta kecil yang berkesan.
Malamnya menelpon ke rumah minta maaf ma ortu (meski ga bisa sungkem) juga keluarga. Cerita pengalaman berlebaranku yang rada nyleneh hari itu. Kalo diingat lagi benar-benar lebarang teraneh yang kualami sampai saat ini.
Beberapa hari kemudian aku cek mailing list teman-teman mahasiswa yang seangkatan ma aku ke Jepang, aku menemukan fakta bahwa temanku merayakan lebaran di Kedubes RI bersama beratus-ratus muslim Ina yang lain. Juga cerita mereka bisa makan makanan khas lebaran juga makanan Indonesia yang lain. Aku shock sambil berteriak-teriak membaca mail temanku itu. Menyesal kenapa tidak pergi ke Tokyo. Marah-marah ma teman karena tidak diberi tahu tentang sholat IED di Kedubes.
Kemudian pesta kecil kami di Matsumoto (kota tempat aku tinggal saat itu) pun cukup mengobati kekecewaanku. Tapi itu 4 tahun kemudian. Setelah 4 tahun berlalu dari lebaran 2002, setelah aku mendengar cerita temanku yang sudah lama tidak berlebaran di kampung halaman, juga cerita tentang betapa nelangsanya dia hanya makan siang 1 onigiri (nasi kepal Jepang dibungkus rumput laut) tanpa sholat IED, tanpa pesta dan tanpa libur kuliah.
"Kenapa kamu tidak ijin ke dosenmu?" tanyaku penasaran campur emosi karena keterlaluan kalo dosen tidak mengijinkan seorang muslim untuk merayakan Idul Fitri.
"Hari itu ada kuliah wajib untuk anak tingkat 1 yang hanya diadakan hari itu saja. Kuliah khusus. Jadi aku tidak diijinkan bolos." jawab temanku memelas.
"Susah juga ya. Tapi pasti ada hikamahnya semua itu. Kamu jadi bisa lebih mensyukuri momen yang disebut Hari Raya Idul Fitri kan?"
Sebenarnya ucapanku di atas lebih tepat diucapkan untuk aku sendiri. Jika ingat cerita teman-teman tengtang lebaran mereka yang mengenaskan, aku menjadi sangat bersyukur karena sampai saat ini masih diijinkan merayakan hari raya bersama ortu dan keluarga yang menyayangiku.
Tapi aku masih merasa beberapa Ramadhanku masih belum maksimal dan masih kusia-siakan. Tahun inipun Ramadhan akan segera berakhir dan aku juga merasa belum mendapatkan ke-fitrah-an yang kuharapkan. Meski masih ada kesempatan, aku merasa itu belum cukup untuk membersihkan diriku dari dosa-dosa yang sudah kuperbuat. Harapanku adalah semoga aku masih diberi kesempatan untuk menjumpai bulan Ramadhan tahun depan. Dan dengan sedikit waktu yang tersisa ini aku berharap bisa lebih mendapat ampunan-Nya atas dosa-dosa yang telah kuperbuat.
Mungkin postingan ini sangat tidak penting bagi beberapa orang, tapi aku berharap masih ada yang bisa bersyukur karena masih bisa menikmati bulan Ramadhan dan akan merayakan lebaran tahun ini. Semoga kita semua mendapatkan yang terbaik untuk kita. Amin.
3 Comments:
posting kenangan ya bagus mee. punya kisah yang tersirat, punya sirat yang mesti dihayat. kusenang dengan postingmu yang sederhana ini.
salam bahagia.
By
Anonymous, at Thu Oct 12, 02:06:00 PM 2006
hihihi nyesel gak ke KBRI yaaaa :p
aku bisa ngerti perasaanmu kok mee.
sama kayak aku natalan di negeri orang tanpa ke gereja...:(
By
imoet, at Wed Oct 18, 11:52:00 AM 2006
tahun ini natal n tahun baru bukan di jepang lly?
By
Mee, at Wed Oct 18, 06:17:00 PM 2006
Post a Comment
<< Home