Bengkulu, kota kecil nan menawan - laporan ga seberapa lengkap dari Bengkulu -
nTanggal 18 Agustus lalu seorang teman kantor menikah di kampung halamannya yaitu di Bengkulu. Karena dah janji datang maka tgl 17 aku, seorang teman kantor dari bagian lain, 2 orang teman sealmamater si pengantin wanita brangkat bareng keluarga pengantin laki2. Kami sama2 menggunakan Sriwijaya Air tapi dg harga yg berbeda2. Aku dan teman kantor dapat tiket seharga 328.000 dan tiket Lion untuk Bengkulu-Jakarta seharga 339.000 sementara 2 teman lain mendapatkan tiket lebih murah yaitu Sriwijaya 288.000 dan Lion 289.000. Kenapa sih harga tiket bisa berubah-ubah tiap saat seperti itu?! *Sebel mode : on*
Perjalanan Soekarno Hatta – Fatmawati (nama bandara di Bengkulu) kami tempuh dalam waktu kira2 50menit.(waktu terbang aja) Sriwijaya Air masih menyediakan kue untuk para penumpangnya sedangkan Lion Air hanya menyediakan air mineral. Padahal Lion lebih mahal kan? Dasar pelit! Eh, kok malah ngomel2 ga jelas sih…maap ya para pembaca yg budiman :p
Setelah selesai dg bagasi kami langsung digiring ke mobil penjemput. Bandara Fatmawati ini kecil sekali, biasalah bandara domestik segede apa sih.. Jadi memudahkan kita untuk segala urusan. Jika kalian ga punya teman yg jemput, bisa menggunakan mobil rental taxi bandara yg berupa mobil kijang. Untuk sampai ke kota menurut informan kami jangan mau kalau lebih dari 50.000. Tawar aja kalo bisa kurang dari 50.000. Untuk ke luar kota Bengkulu juga bisa menggunakan mobil rental itu dg biaya 50.000 per jam plus bensin, dg waktu rental minimal 3 jam.
Dari bandara ke kota diperlukan waktu sekitar 40 menit. Ada 2 jalur yg bisa ditempuh yaitu jalur kota dan jalur pantai. Jalur kota lebih mudah dan cepat karena hanya lurus mengikuti jalan yg ada setelah keluar dari bandara. Sedangkan untuk jalur pantai kita harus belok kiri setelah sampai suatu pertigaan. (maafkan aku karena ga tau nama pertigaan itu) Di sepanjang jalur pantai kita bisa menemukan lebih banyak rumah adat Bengkulu. Seperti kebanyakan rumah adat di Sumatra, rumah adat Bengkulu juga merupakan rumah panggung. Sayang aku ga duduk di tempat yg strategis dan kamera ga dalam posisi siap moto. Bener2 nyesel ga dapet 1 pun poto rumah adat Bengkulu :(
Perjalanan Soekarno Hatta – Fatmawati (nama bandara di Bengkulu) kami tempuh dalam waktu kira2 50menit.(waktu terbang aja) Sriwijaya Air masih menyediakan kue untuk para penumpangnya sedangkan Lion Air hanya menyediakan air mineral. Padahal Lion lebih mahal kan? Dasar pelit! Eh, kok malah ngomel2 ga jelas sih…maap ya para pembaca yg budiman :p
Setelah selesai dg bagasi kami langsung digiring ke mobil penjemput. Bandara Fatmawati ini kecil sekali, biasalah bandara domestik segede apa sih.. Jadi memudahkan kita untuk segala urusan. Jika kalian ga punya teman yg jemput, bisa menggunakan mobil rental taxi bandara yg berupa mobil kijang. Untuk sampai ke kota menurut informan kami jangan mau kalau lebih dari 50.000. Tawar aja kalo bisa kurang dari 50.000. Untuk ke luar kota Bengkulu juga bisa menggunakan mobil rental itu dg biaya 50.000 per jam plus bensin, dg waktu rental minimal 3 jam.
Dari bandara ke kota diperlukan waktu sekitar 40 menit. Ada 2 jalur yg bisa ditempuh yaitu jalur kota dan jalur pantai. Jalur kota lebih mudah dan cepat karena hanya lurus mengikuti jalan yg ada setelah keluar dari bandara. Sedangkan untuk jalur pantai kita harus belok kiri setelah sampai suatu pertigaan. (maafkan aku karena ga tau nama pertigaan itu) Di sepanjang jalur pantai kita bisa menemukan lebih banyak rumah adat Bengkulu. Seperti kebanyakan rumah adat di Sumatra, rumah adat Bengkulu juga merupakan rumah panggung. Sayang aku ga duduk di tempat yg strategis dan kamera ga dalam posisi siap moto. Bener2 nyesel ga dapet 1 pun poto rumah adat Bengkulu :(

Pantai Panjang Bengkulu
Seperti yg kalian ketahui, propinsi Bengkulu terletak di bagian barat pulau Sumatra jadi sepanjang bagian barat Bengkulu berbatasan langsung dg laut. Karena itu pantai di Bengkulu disebut Pantai Panjang. Jalan raya hanya berjarak beberapa meter dari pantai sehingga kita bisa menikmati pemandangan laut. Yang membuat aku histeris adalah ada gajah yg sedang makan di pinggir jalan dekat pantai. Ternyata memang pada hari libur (tanggal merah) dan Minggu, gajah didatangkan untuk dinaiki pengunjung pantai kata sumber kami. Tapi gajah yg kami lihat bener2 dilepas merumput ga diiket gitu. Jadi maklum dong kalo kami yg hanya melihat gajah di kebon binatang atau taman safari ini teriak kaget ngeliat gajah di jalanan. Seorang teman malah bertekad mo naik gajah sebelum balik nanti. Doh ada2 saja!
Sampai di kota kami langsung menuju rumah pengantin wanita untuk makan siang dan bersilaturrahmi. Sstt..kami juga diikutkan dalam rombongan keluarga pengantin laki2 loh, jadi punya hak yg sama dg keluarga pengantin laki2, hihihi… Siang itu kami diiming2 masakan dari daging ikan hiu. Penasaran juga kaya apa rasanya. Ternyata dagingnya lembut banget. Aku yg ga suka ikan dg daging yg terlalu lembut dg susah payah menghabiskan 1 potong daging hiu yg mayan besar. Untung aja dimasak pedes jadi aku lebih mudah menghabiskannya. Oh, iya, warning buat kalian yg ga suka pedes. Masakan Bengkulu hampir sama ma masakan Padang alias pedes. Jarang banget ditemuin masakan yg ga pedes.
Setelah makan siang dan berhaha-hihi dg keluarga pengantin wanita secukupnya, kami diantar ke hotel yg terletak di Jalan Fatmawati. Hotel Dena (menurutku lebih pas disebut ‘penginapan’) yg kami tempati merupakan bangunan 1 lantai dg 19 kamar. Setiap kamar dilengkapi dg bath-tup dan shower air panas dan air dingin. Untuk biaya kamar aku ga tau pasti tapi pas di resepsionis ga sengaja aku ngeliat daftar harga kamar. Tarif kamar di hotel itu berkisar antara 150-200 ribu per malam termasuk sarapan nasi goreng seemprit dan telur mata sapi yg juga kecil serta teh atau kopi hangat. Di Jalan Fatmawati ini terdapat beberapa penginapan yg mungkin ga jauh berbeda harga dan fasilitasnya. Sebenarnya di pinggir pantai juga banyak hotel yg lebih besar. Kamar mereka diatur dg sistem cottage. Tetapi menurut papa si pengantin wanita, daerah itu agak rawan dan jauh dari kota jadi kami ditempatkan di daerah jalan Fatmawati.
Karena sore itu ga ada acara jadi kami memutuskan untuk ke pantai setelah Ashar untuk menikmati sunset. Tapi sayang cuaca Bengkulu kurang mendukung alias mendung menggantung menutupi matahari yg sedang bersinar. Memang cuaca di Bengkulu sedang ga bagus kata sumber kami, bahkan malam sebelumnya hujan cukup deras mengguyur. Setelah melihat lomba panjat pinang di sebelah hotel, (sudah berapa tahun aku ga melihat lomba panjat pinang secara live ya?) dan sambil berharap matahari mau menampakkan sedikit wajahnya, kami memutuskan untuk tetap pergi ke pantai dg menggunakan taxi. Taxi adalah sebutan untuk angkot di Bengkulu. Tarifnya jauh dekat 2000 tetapi dia bisa mengantarkan kita sampai tempat tujuan meski itu bukan jalurnya. Bener2 kaya taxi kan? J
Kira2 5 menit kemudian kami sudah sampai di pantai. (jadi ngerasa rugi dah bayar 2000 tapi bentar aja dah harus turun) Pantai Panjang mungkin kalah dg pantai Kuta dari segi jumlah pengunjung dan fasilitas pinggir pantainya (pup, bar, convenience store,McD, dll) tapi dari segi pemandangan bisa dikompetisikan. Pasirnya halus meski tak berwarna putih. Kalian yg hobi surfing pasti ga akan dapat menahan diri melihat ombak di pantai panjang. Sayangnya di pantai ini ada larangan mandi sejak tsunami besar yg melanda Aceh beberapa tahun lalu. Ada tugu peringantan larangan mandi gede2 di pinggir pantai. Ada juga papan keterangan tentang tsunami dan tanda2 terjadinya tsunami.
Jadi kami ber-4 hanya berjalan2, bermain air di sepanjang pantai dan membantu mengambil kulit kerang atau batu yg bagus untuk salah seorang teman aku yg guru TK. Untuk prakarya murid2nya katanya. Dan setelah kami puas (sebenernya aku belum puas tapi karena teman2 dah ngajakin balik terpaksa…) jalan dan kakiku dah kram, kami memutuskan untuk kembali sambil mencari makanan. Di sepanjang jalan pinggir pantai terdapat banyak gubuk2 dg beberapa pengunjung. Aku kira mereka jualan ikan bakar atau sejenisnya karena aku melihat ada orang bakar2, ternyata mereka hanya jualan jagung bakar dan es kelapa muda. Karena kami ingin makanan yg sedikit ‘berat’ maka kami memilih untuk menikmati bakso di pertigaan dekat taxi mangkal. Bakso Bengkulu kaya apa ya…pikirku sambil menunggu pesanan. Ternyata biasa aja bahkan seorang teman mencurigai baksonya pake formalin. Iih yg bener aja!! Tapi dia tetep ngabisin baksonya juga. :D Ketika teman lain menengok ke arah rombong, ternyata di rombong tertulis ‘Bakso Solo’. Gubragg!!! Jauh2 ke Bengkulu dapetnya kok tetep bakso Solo sih! Tertipu lah kami.
Dengan perasaan ngedumel kami balik ke hotel. Lepas Mghrib ternyata kami dijemput untuk acara perkenalan keluarga di rumah pengantin wanita. Lah, kan ga ada jadwal seperti itu? pikirku. Dan ternyata memang acara dadakan. Ya sudah kami para cewek salah kostum karena pergi dg kaos oblong. Tapi gpp karena kekecewaan kami terhadap bakso Solo beberapa saat lalu terobati dg makanan yg disediakan. YES! Pada acara makan malam ini ga ada lagi si ikan hiu, dan sebagai gantinya tersedia rendang yg asli enak dan pindang (asem-asem daging yg seger). Seminggu di Bengkulu jaminan pasti tubuh bakalan meledak karena makanan Bengkulu enak2 meski berkolesterol tinggi dan pedes. Bener2 bukan makanan yg disarankan untuk kalian yg sedang diet ketat. :p Ada juga kue khas Bengkulu yaitu Bay Tat, sejenis pai isi selai nanas. Hari itu kami kembali ke hotel dg perut penuh makanan.

Makanan untuk para tamu pada acara akhad nikah
Sampai di kota kami langsung menuju rumah pengantin wanita untuk makan siang dan bersilaturrahmi. Sstt..kami juga diikutkan dalam rombongan keluarga pengantin laki2 loh, jadi punya hak yg sama dg keluarga pengantin laki2, hihihi… Siang itu kami diiming2 masakan dari daging ikan hiu. Penasaran juga kaya apa rasanya. Ternyata dagingnya lembut banget. Aku yg ga suka ikan dg daging yg terlalu lembut dg susah payah menghabiskan 1 potong daging hiu yg mayan besar. Untung aja dimasak pedes jadi aku lebih mudah menghabiskannya. Oh, iya, warning buat kalian yg ga suka pedes. Masakan Bengkulu hampir sama ma masakan Padang alias pedes. Jarang banget ditemuin masakan yg ga pedes.
Setelah makan siang dan berhaha-hihi dg keluarga pengantin wanita secukupnya, kami diantar ke hotel yg terletak di Jalan Fatmawati. Hotel Dena (menurutku lebih pas disebut ‘penginapan’) yg kami tempati merupakan bangunan 1 lantai dg 19 kamar. Setiap kamar dilengkapi dg bath-tup dan shower air panas dan air dingin. Untuk biaya kamar aku ga tau pasti tapi pas di resepsionis ga sengaja aku ngeliat daftar harga kamar. Tarif kamar di hotel itu berkisar antara 150-200 ribu per malam termasuk sarapan nasi goreng seemprit dan telur mata sapi yg juga kecil serta teh atau kopi hangat. Di Jalan Fatmawati ini terdapat beberapa penginapan yg mungkin ga jauh berbeda harga dan fasilitasnya. Sebenarnya di pinggir pantai juga banyak hotel yg lebih besar. Kamar mereka diatur dg sistem cottage. Tetapi menurut papa si pengantin wanita, daerah itu agak rawan dan jauh dari kota jadi kami ditempatkan di daerah jalan Fatmawati.
Karena sore itu ga ada acara jadi kami memutuskan untuk ke pantai setelah Ashar untuk menikmati sunset. Tapi sayang cuaca Bengkulu kurang mendukung alias mendung menggantung menutupi matahari yg sedang bersinar. Memang cuaca di Bengkulu sedang ga bagus kata sumber kami, bahkan malam sebelumnya hujan cukup deras mengguyur. Setelah melihat lomba panjat pinang di sebelah hotel, (sudah berapa tahun aku ga melihat lomba panjat pinang secara live ya?) dan sambil berharap matahari mau menampakkan sedikit wajahnya, kami memutuskan untuk tetap pergi ke pantai dg menggunakan taxi. Taxi adalah sebutan untuk angkot di Bengkulu. Tarifnya jauh dekat 2000 tetapi dia bisa mengantarkan kita sampai tempat tujuan meski itu bukan jalurnya. Bener2 kaya taxi kan? J
Kira2 5 menit kemudian kami sudah sampai di pantai. (jadi ngerasa rugi dah bayar 2000 tapi bentar aja dah harus turun) Pantai Panjang mungkin kalah dg pantai Kuta dari segi jumlah pengunjung dan fasilitas pinggir pantainya (pup, bar, convenience store,McD, dll) tapi dari segi pemandangan bisa dikompetisikan. Pasirnya halus meski tak berwarna putih. Kalian yg hobi surfing pasti ga akan dapat menahan diri melihat ombak di pantai panjang. Sayangnya di pantai ini ada larangan mandi sejak tsunami besar yg melanda Aceh beberapa tahun lalu. Ada tugu peringantan larangan mandi gede2 di pinggir pantai. Ada juga papan keterangan tentang tsunami dan tanda2 terjadinya tsunami.
Jadi kami ber-4 hanya berjalan2, bermain air di sepanjang pantai dan membantu mengambil kulit kerang atau batu yg bagus untuk salah seorang teman aku yg guru TK. Untuk prakarya murid2nya katanya. Dan setelah kami puas (sebenernya aku belum puas tapi karena teman2 dah ngajakin balik terpaksa…) jalan dan kakiku dah kram, kami memutuskan untuk kembali sambil mencari makanan. Di sepanjang jalan pinggir pantai terdapat banyak gubuk2 dg beberapa pengunjung. Aku kira mereka jualan ikan bakar atau sejenisnya karena aku melihat ada orang bakar2, ternyata mereka hanya jualan jagung bakar dan es kelapa muda. Karena kami ingin makanan yg sedikit ‘berat’ maka kami memilih untuk menikmati bakso di pertigaan dekat taxi mangkal. Bakso Bengkulu kaya apa ya…pikirku sambil menunggu pesanan. Ternyata biasa aja bahkan seorang teman mencurigai baksonya pake formalin. Iih yg bener aja!! Tapi dia tetep ngabisin baksonya juga. :D Ketika teman lain menengok ke arah rombong, ternyata di rombong tertulis ‘Bakso Solo’. Gubragg!!! Jauh2 ke Bengkulu dapetnya kok tetep bakso Solo sih! Tertipu lah kami.
Dengan perasaan ngedumel kami balik ke hotel. Lepas Mghrib ternyata kami dijemput untuk acara perkenalan keluarga di rumah pengantin wanita. Lah, kan ga ada jadwal seperti itu? pikirku. Dan ternyata memang acara dadakan. Ya sudah kami para cewek salah kostum karena pergi dg kaos oblong. Tapi gpp karena kekecewaan kami terhadap bakso Solo beberapa saat lalu terobati dg makanan yg disediakan. YES! Pada acara makan malam ini ga ada lagi si ikan hiu, dan sebagai gantinya tersedia rendang yg asli enak dan pindang (asem-asem daging yg seger). Seminggu di Bengkulu jaminan pasti tubuh bakalan meledak karena makanan Bengkulu enak2 meski berkolesterol tinggi dan pedes. Bener2 bukan makanan yg disarankan untuk kalian yg sedang diet ketat. :p Ada juga kue khas Bengkulu yaitu Bay Tat, sejenis pai isi selai nanas. Hari itu kami kembali ke hotel dg perut penuh makanan.

Makanan untuk para tamu pada acara akhad nikah
Hari kedua di Begkulu. Hari tsb merupakan hari akhad nikah. Kira2 jam 9 kami brangkat dari hotel ke rumah mempelai wanita. Dengan tugas membawa hantaran kami menjadi anggota keluarga mempelai pria. Seorang teman yg merupakan seorang laki2 dan tingginya sejajar dg adik mempelai pria ditugaskan untuk menjadi hulubalang. Tugasnya mengawal mempelai pria sepanjang acara. Jadilah dia mengenakan pakaian adat Bengkulu untuk seorang hulubalang. Aku ga dapat mengikuti prosesi akhad nikah karena kami para cewek ditempatkan di sebelah ruangan akhad dan pengeras suara ga terdengar jelas sampai ke ruangan kami. Entah apa yg terjadi selama 1,5 jam dari jam 10 sampai jam 11:30. Nampaknya bukan hanya acara akhad tapi juga ada prosesi secara adat Bengkulu, karena katanya ada peraturan daerah yg menyatakan bahwa pernikahan yg dilakukan di Bengkulu harus menggunakan adat Bengkulu. Nah lo, para cowok yg punya calon istri orang Bengkulu ato niat nikah ma cewek muslim Bengkulu siap2 aja ngadepin serangkaian acara akhad yg cukup menyita waktu.
Setelah akhad selesai dan makan bersama dilakukan masih ada acara adat lagi. Kedua mempelai berganti pakaian adat merah kemudian mempelai wanita duduk menunggu di pelaminan. Sedangkan mempelai laki2 yg menuju rumah istrinya dihadang beberapa orang di tengah jalan. Para penghadang memasang selendang di jalan untuk menghalangi jalan mempelai laki2 yg dianggap sebagai raja hari itu. Untuk bisa melewati halangan tersebut keluarga raja dan para penghadang bernegosiasi dg saling melempar pantun. Ujung-ujungnya keluarga raja harus menyerahkan ‘kunci’ yg berupa amplop berisi uang. Istilah kasarnya uang sogokan gitu deh. Malam sebelumnya saat dijelaskan di dalam prosesi acara akan ada acara sogok2an seperti itu, si calon pengantin wanita ngomong ke aku : ‘Ternyata KKN itu dah dari dulu ada ya? Bahkan di acara adat sudah ada budaya sogok menyogok gitu!’ Hmm…bener juga ya. Lalu apakah KKN yg sudah menjadi budaya tsb ga dapat dilenyapkan dari sistem pemerintahan Indonesia?
Lah kok malah ngomongin politik se?:o
Kembali ke perjalanan Sri Baginda Raja ya. Setelah urusan dg penghadang pertama selesai, selanjutnya rombongan raja dihadang orang2 yg menghalangi jalan dg galah. Seperti halangan pertama di sini raja juga harus memberi ‘kunci’ supaya para penghadang mau menyingkir. Sampai akhirnya raja dan rombongan sampai di rumah permaisurinya. Tapi wajah sang permaisuri ditutup kipas sehingga raja ga dapat melihatnya. Lalu mereka bertukar pantun dan bernego suapaya kipas bisa disingkirkan dari wajah sang permaisuri. Lucu deh percakapan mereka. Meski aku ga ngerti secara keseluruhan karena mereka pake bahasa Bengkulu tapi ada beberapa bagian yg aku mengerti seperti:
‘Ini kenapa sih, aku susah banget ketemu istri sendiri. Tadi dihadang selendang kemudian galah. Sekarang muka istriku kamu tutup pake kipas!’
‘Ya gitu deh…kalo mau kipasnya dibukain serahkan dulu kuncinya!’
Gitu2 deh. Lucu juga ngeliat ibu2 para juru bicara yg salah baca pantun ato amplop yg belum waktunya diserahin tiba2 dikasih aja ke penghadang ma ibunda Sri Raja. :))
Setelah raja berhasil bersanding dg permaisuri, maka acara selanjutnya mirip ma adat Jawa yaitu suap2an. Ortu nyuapin anaknya, kedua mempelai saling menyuapi. Sayangnya aku ga tahu dan ga bisa melihat apa yg mereka makan karena aku ga bisa mendekati pelaminan. Tapi menurut keterangan mempelai wanita setelah acara selesai, mereka hanya makan nasi kuning. Seharusnya ada acara tarik2an ayam bekakak (ayam bakar bumbu gitu deh) tapi ga ada karena kelupaan katanya. Ya iyalah acara akhad aja sepadet itu wajar kalo ada bagian yg kelupaan.
Seluruh rangkaian acara hari itu berakhir ketika adan Dhuhur berkumandang.

Kedua mempelai dengan baju adat setelah akhad nikah
Setelah akhad selesai dan makan bersama dilakukan masih ada acara adat lagi. Kedua mempelai berganti pakaian adat merah kemudian mempelai wanita duduk menunggu di pelaminan. Sedangkan mempelai laki2 yg menuju rumah istrinya dihadang beberapa orang di tengah jalan. Para penghadang memasang selendang di jalan untuk menghalangi jalan mempelai laki2 yg dianggap sebagai raja hari itu. Untuk bisa melewati halangan tersebut keluarga raja dan para penghadang bernegosiasi dg saling melempar pantun. Ujung-ujungnya keluarga raja harus menyerahkan ‘kunci’ yg berupa amplop berisi uang. Istilah kasarnya uang sogokan gitu deh. Malam sebelumnya saat dijelaskan di dalam prosesi acara akan ada acara sogok2an seperti itu, si calon pengantin wanita ngomong ke aku : ‘Ternyata KKN itu dah dari dulu ada ya? Bahkan di acara adat sudah ada budaya sogok menyogok gitu!’ Hmm…bener juga ya. Lalu apakah KKN yg sudah menjadi budaya tsb ga dapat dilenyapkan dari sistem pemerintahan Indonesia?
Lah kok malah ngomongin politik se?:o
Kembali ke perjalanan Sri Baginda Raja ya. Setelah urusan dg penghadang pertama selesai, selanjutnya rombongan raja dihadang orang2 yg menghalangi jalan dg galah. Seperti halangan pertama di sini raja juga harus memberi ‘kunci’ supaya para penghadang mau menyingkir. Sampai akhirnya raja dan rombongan sampai di rumah permaisurinya. Tapi wajah sang permaisuri ditutup kipas sehingga raja ga dapat melihatnya. Lalu mereka bertukar pantun dan bernego suapaya kipas bisa disingkirkan dari wajah sang permaisuri. Lucu deh percakapan mereka. Meski aku ga ngerti secara keseluruhan karena mereka pake bahasa Bengkulu tapi ada beberapa bagian yg aku mengerti seperti:
‘Ini kenapa sih, aku susah banget ketemu istri sendiri. Tadi dihadang selendang kemudian galah. Sekarang muka istriku kamu tutup pake kipas!’
‘Ya gitu deh…kalo mau kipasnya dibukain serahkan dulu kuncinya!’
Gitu2 deh. Lucu juga ngeliat ibu2 para juru bicara yg salah baca pantun ato amplop yg belum waktunya diserahin tiba2 dikasih aja ke penghadang ma ibunda Sri Raja. :))
Setelah raja berhasil bersanding dg permaisuri, maka acara selanjutnya mirip ma adat Jawa yaitu suap2an. Ortu nyuapin anaknya, kedua mempelai saling menyuapi. Sayangnya aku ga tahu dan ga bisa melihat apa yg mereka makan karena aku ga bisa mendekati pelaminan. Tapi menurut keterangan mempelai wanita setelah acara selesai, mereka hanya makan nasi kuning. Seharusnya ada acara tarik2an ayam bekakak (ayam bakar bumbu gitu deh) tapi ga ada karena kelupaan katanya. Ya iyalah acara akhad aja sepadet itu wajar kalo ada bagian yg kelupaan.
Seluruh rangkaian acara hari itu berakhir ketika adan Dhuhur berkumandang.

Kedua mempelai dengan baju adat setelah akhad nikah

Pintu gerbang Pecinan
Balik ke hotel, aku dan teman2 istirahat karena selepas ashar rencananya mo ke benteng yg diceritain mempelai wanita. Lagian keluarga mereka katanya juga mau ke sana jadi kami diajak barengan. Yes! Ga perlu ngeluarin duit kalo gitu.:) Selepas Ashar ternyata bukan hanya adik mempelai yg menjemput kami melainkan juga pasangan pengantin baru yg bener2 baru disahkan tadi pagi. Dasar pengantin baru jaman sekarang, bukanya istarahat buat pesta esok harinya tapi malah keluyuran.
Sebelum ke benteng, kami mampir ke sisi pantai yg kemarin ga kami kunjungi. Hari ini kami ke sisi pantai di mana pada hari libur dan Minggu pengunjung bisa naik gajah yg disediakan. Pantai di sini lebih landai dan lebih welcome rasanya dibanding sisi yg kami datangi kemarin. Di pinggir jalan juga ada patung gajah yg merupakan sumbangan polisi setempat. *Ngapain ya polisi pake nyumbang patung gajah segala? :o*
Karena takut kemalaman jadi kami hanya sebentar di pantai dan langsung cabut ke benteng. Benteng ini bernama Benteng Marlborough, dibangun oleh Inggris (tepatnya dibangun orang Ina atas perintah Inggris :p) pada tahun 1714-1719. Sempat dikuasai oleh rakyat Bengkulu tetapi kemudian direbut kembali oleh Inggris. Kemudian berpindah tangan kepada Belanda dan Jepang, terakhir dikuasai oleh RI (TNI-AD) pada tahun 1949. Setelah dipugar pada tahun 1978-1984, Benteng Marlborough dikelola oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Wess…nampaknya aku ngerti bgt sejarahnya ya padahal aku bisa nulis info ini karena aku dah moto keterangan yg ada di dalam benteng, hehe…:p
Benteng ini terletak di pinggir pantai tak jauh dari pusat pemerintahan kota Bengkulu. Ada rumor yang mengatakan bahwa di bawah benteng ada terowongan yg menuju rumah tempat Bung Karno diasingkan. Dan di dalam terowongan tersebut banyak terdapat emas dan harta2 yg lain. Ketika kami mencoba masuk ke dalam terowongan ternyata lubang terowongan tersebut sudah dicor sehingga ga dapat dimasuki. Akhirnya kami hanya berkeliling benteng. Sayangnya lagi cuaca hari ini pun ga bersahabat dg kami sehingga ga kami dapatkan sunset yg indah. Hanya sebentar matahari menampakkan diri kemudian bersembunyi lagi. Tapi untung juga sih, karena ga ada matahari yg menyengat membuat kami betah berkeliling benteng.

Halaman dalam benteng. Bangunan yg tampak adalah 'barak'

Sunset sesaat dari benteng
Di sebelah benteng adalah kota pecinan, bahkan gerbang kota pecinan itu terletak di depan benteng. Kota pecinan itu ga besar mengingat kota Bengkulu sendiri juga ga besar. Menurut sumber kami (baca mempelai wanita), di situ terdapat semacam pasar makanan yg ramai dikunjungi orang pada saat bulan puasa untuk mencari makanan pembuka puasa. Jangan dibayangkan bahwa di tempat itu yg ada hanyalah Chinese Food karena katanya ada juga rumah makan Padang yg enak di situ. Trus kenapa disebut kampung pecinan ya? Mungkin banyak penduduk keturunan yg tinggal di situ dan karena mata pancaharian mereka adalah berdagang maka tempat itu sangat strategis mengingat daerah itu dekat pantai dan pasar. Sayang, kali ini kami ga sempat mampir karena ketika keluar dari benteng keadaan benar2 telah gelap.
Petualangan kami hari itu masih berlanjut. Kami berempat berencana untuk jalan2 ke kota untuk mencari makan malam dan juga oleh-oleh. Setelah selesai Maghrib kami berjalan ke arah simpang lima yg tak jauh letaknya dari hotel. Di jalan Fatmawati, (nama jalan di depan hotel) terdapat rumah yg pernah didiami Ibu Fatmawati. Sebuah rumah panggung dg kayu2 dicat coklat. Nampaknya rumah tersebut baru dicat ulang. Sayang sekali aku ga bisa dapat foto yg bagus karena keadaan benar2 gelap. Siang hari aku ga pernah ada kesempatan untuk jalan2 jadi aku ga punya foto rumah itu yg bagus.:( Komplek tempat Bung Karno diasingkan (terletak di jalan Soekarno Hatta, bersebelahan dg jalan Fatmawati) juga sedang dipugar sehingga ga dibuka untuk umum.
Setelah makan malam (hari ini menu makan malam juga bakso solo yg terletak di simpang lima gara2 terpengaruh kata2 mempelai wanita yg mempromosikan bgt itu warung bakso), kami mencari oleh-oleh di jalan Soekarno Hatta. Di sepanjang jalan ini berderet toko2 yg menjual berbagai barang atau makanan untuk oleh2. Penganan khas Bengkulu adalah Lempok Durian (semacam dodol durian) dan Kue Bay Tat (semacam pai nanas). Ada juga kopi bubuk produksi Bengkulu. (Aku ga bisa minum kopi jadi ga beli padahal pengen banget, hiks) Oleh2 itu bisa didapat dg harga ga seberapa mahal. Lempok dijual 10 ribu ¼ kgnya (bisa lebih murah jika musim durian tiba) dan kue Bay Tat dihargai 7 ribu per kotak (bisa dipotong menjadi 9). Untuk barang2 lain seperti kain, selendang, gantungan kunci, rumah2an menurutku agak mahal karena harga ga sebanding ma kualitasnya. Kain dan selendang yg dijual nampak bukan seperti khas Bengkulu alias sepertinya bisa didapat di mana saja.
Puas belanja kami lanjut jalan2 ke arah pasar. Di sini kami merasa bahwa Bengkulu benar2 kota kecil. Hanya kami temukan 1 KFC tanpa Starbuck, tanpa mall atau PTC :) Tapi sepertinya Bengkulu bentar lagi bakal punya mall karena di dekat pantai tampak ada pembangunan shoping center. Kota Bengkulu di malam hari, apalagi malam Minggu ga menampakkan kekhas-anya. Hanya nampak seperti kota kecil yg berkelap-kelip berusaha memperlihatkan kehidupannya. Juga ga ditemukan jajanan khas yg mungkin bisa ditemui saat malam hari. Sayang banget ya? Jam 9 aktifitas pusat kota ini mulai meredup. Toko2 mulai tutup, demikian juga pedagang kaki lima. Sehingga kami memutuskan untuk kembali ke hotel naik ‘taxi’ :) Dan selesailah hari kedua kami di Bengkulu.
Hari ketiga.
Setelah sarapan langsung siap2 ke pesta. Sekitar jam 9an kami dijemput untuk dianterin ke gedung. Di sana sudah ramai oleh sodara pengantin wanita padahal acara baru dimulai jam 11. Akhirnya kami hanya duduk menunggu sambil memotret pelaminan yg didesain mewah dg warna dominan emas.
Ketika kedua mempelai tiba, penyambutan pertama dilakukan dg adat Sunda. Acara penyambutan ini sederhana saja. Seorang aki menari menyambut mempelai kemudian membimbing mereka masuk. Menurut informasi, karena jumlah penari ga lengkap maka penyambutan adat Sunda ini ga dilakukan secara penuh.
Setelah kedua mempelai digiring masuk, selanjutnya 3 penari membimbing mereka ke pelaminan diiringi musik ‘Gending Sriwijaya’. Mungkin karena hari ini hanya pesta maka ga banyak acara adat yg dilaksanakan.
Sebelum menikmati hidangan, para undangan dihibur dg suguhan tari piring Muara Rupit. Tapi tari piring ini berbeda dg tari piring dari daerah Sumatra lain. Seorang penari, pertama menari menggunakan selendang kemudian dia mengikat selendangnya ke pinggang dan mengambil mangkok. Dengan mangkok di kedua tangan dia melanjutkan tariannya kemudian dia mulai menaiki tangga yg dibuat dari susunan mangkok, gelas, mangkok lagi. Hebatnya barang2 itu ga pecah ketika sang penari menginjaknya. Apa dia punya ilmu meringankan tubuh ya? Selama tarian berlanjut orang2 dapat memberikan saweran di dekat tangga gelas. Sebenarnya tumpukan gelas bisa ditambah lebih tinggi jika ada penonton yg meminta. Tapi hari itu ga ada seorang penonton pun yg request jadi tumpukan tertinggi hanya 3 gelas. Coba aku tau, pasti aku request meski ga nyawer, hehe…J
Acara selanjutnya adalah makan. Iyei!! Makanan yg disediakan nampaknya adalah menu standar untuk prasmanan di daerah Bengkulu. Nasi putih dg campuran kayu manis, ayam kecap Bengkulu (mungkin! Penampilannya sih kaya ayam kecap), telur dadar ga tau dimasak apa, trus semacam bihun gitu deh. Aku asal makan aja tanpa banyak tanya karena nara sumber yg biasa ngasih info ga jelas ada dimana saking sibuknya. Ga mungkin juga nanya ke mempelai wanita yg lagi duduk di pelaminan.:p Tapi ada karedok di hidangan itu. Mungkin karena besan dari Sunda makanya ditambahin menu lalapan Sunda itu ya? Apapun yg terjadi lalapan itu menyegarkan banget karena makanan Bengkulu kebanyakan pake santan dan bumbu macem2 jadi kalo kebanyakan kerasa eneg juga. Trus ada pempek juga loh. Yg ini meskipun dah kenyang tetep ga ditinggalin. Di Jakarta belum nemu pempek yg enak soalnya, dan memang pempek di daerah asalnya (pempek yg terkenal dari Palembang tapi pempek Bengkulu juga ga kalah enak loh).
Pesta itu rame banget karena para keluarga mempelai wanita ternyata hobi nyanyi dan joget.Sayangnya pesta ditutup dg insiden mempelai wanita pingsan di pelaminan. Kayaknya dia kecapean deh. Beberapa hari terakhir hanya tidur beberapa jam trus pagi sebelum acara dia ga mau sarapan katanya. Aku dan teman2 yg takut ketinggalan pesawat ga ikutan ke rumah pengantin, tapi langsung cabut ke hotel ganti baju dan siap2 ke bandara. Lagian kalo kami ikut ke rumah malah ngerepotin kali ya.Tapi sebelum cabut kami mampir untuk pamitan sekalian ngeliat keadaan teman kami yg baru jadi pengantin itu. Untung deh dia dah sadar dan sedang istirahat.
3 hari yg cukup melelahkan di Bengkulu. Meski belum puas jalan2, belum puas menikmati laut juga makanan Bengkulu tapi kami harus balik. Mungkin suatu saat (terutama saat musim durian) aku jalan lagi ke Bengkulu :)
Petualangan kami hari itu masih berlanjut. Kami berempat berencana untuk jalan2 ke kota untuk mencari makan malam dan juga oleh-oleh. Setelah selesai Maghrib kami berjalan ke arah simpang lima yg tak jauh letaknya dari hotel. Di jalan Fatmawati, (nama jalan di depan hotel) terdapat rumah yg pernah didiami Ibu Fatmawati. Sebuah rumah panggung dg kayu2 dicat coklat. Nampaknya rumah tersebut baru dicat ulang. Sayang sekali aku ga bisa dapat foto yg bagus karena keadaan benar2 gelap. Siang hari aku ga pernah ada kesempatan untuk jalan2 jadi aku ga punya foto rumah itu yg bagus.:( Komplek tempat Bung Karno diasingkan (terletak di jalan Soekarno Hatta, bersebelahan dg jalan Fatmawati) juga sedang dipugar sehingga ga dibuka untuk umum.
Setelah makan malam (hari ini menu makan malam juga bakso solo yg terletak di simpang lima gara2 terpengaruh kata2 mempelai wanita yg mempromosikan bgt itu warung bakso), kami mencari oleh-oleh di jalan Soekarno Hatta. Di sepanjang jalan ini berderet toko2 yg menjual berbagai barang atau makanan untuk oleh2. Penganan khas Bengkulu adalah Lempok Durian (semacam dodol durian) dan Kue Bay Tat (semacam pai nanas). Ada juga kopi bubuk produksi Bengkulu. (Aku ga bisa minum kopi jadi ga beli padahal pengen banget, hiks) Oleh2 itu bisa didapat dg harga ga seberapa mahal. Lempok dijual 10 ribu ¼ kgnya (bisa lebih murah jika musim durian tiba) dan kue Bay Tat dihargai 7 ribu per kotak (bisa dipotong menjadi 9). Untuk barang2 lain seperti kain, selendang, gantungan kunci, rumah2an menurutku agak mahal karena harga ga sebanding ma kualitasnya. Kain dan selendang yg dijual nampak bukan seperti khas Bengkulu alias sepertinya bisa didapat di mana saja.
Puas belanja kami lanjut jalan2 ke arah pasar. Di sini kami merasa bahwa Bengkulu benar2 kota kecil. Hanya kami temukan 1 KFC tanpa Starbuck, tanpa mall atau PTC :) Tapi sepertinya Bengkulu bentar lagi bakal punya mall karena di dekat pantai tampak ada pembangunan shoping center. Kota Bengkulu di malam hari, apalagi malam Minggu ga menampakkan kekhas-anya. Hanya nampak seperti kota kecil yg berkelap-kelip berusaha memperlihatkan kehidupannya. Juga ga ditemukan jajanan khas yg mungkin bisa ditemui saat malam hari. Sayang banget ya? Jam 9 aktifitas pusat kota ini mulai meredup. Toko2 mulai tutup, demikian juga pedagang kaki lima. Sehingga kami memutuskan untuk kembali ke hotel naik ‘taxi’ :) Dan selesailah hari kedua kami di Bengkulu.
Hari ketiga.
Setelah sarapan langsung siap2 ke pesta. Sekitar jam 9an kami dijemput untuk dianterin ke gedung. Di sana sudah ramai oleh sodara pengantin wanita padahal acara baru dimulai jam 11. Akhirnya kami hanya duduk menunggu sambil memotret pelaminan yg didesain mewah dg warna dominan emas.
Ketika kedua mempelai tiba, penyambutan pertama dilakukan dg adat Sunda. Acara penyambutan ini sederhana saja. Seorang aki menari menyambut mempelai kemudian membimbing mereka masuk. Menurut informasi, karena jumlah penari ga lengkap maka penyambutan adat Sunda ini ga dilakukan secara penuh.
Setelah kedua mempelai digiring masuk, selanjutnya 3 penari membimbing mereka ke pelaminan diiringi musik ‘Gending Sriwijaya’. Mungkin karena hari ini hanya pesta maka ga banyak acara adat yg dilaksanakan.
Sebelum menikmati hidangan, para undangan dihibur dg suguhan tari piring Muara Rupit. Tapi tari piring ini berbeda dg tari piring dari daerah Sumatra lain. Seorang penari, pertama menari menggunakan selendang kemudian dia mengikat selendangnya ke pinggang dan mengambil mangkok. Dengan mangkok di kedua tangan dia melanjutkan tariannya kemudian dia mulai menaiki tangga yg dibuat dari susunan mangkok, gelas, mangkok lagi. Hebatnya barang2 itu ga pecah ketika sang penari menginjaknya. Apa dia punya ilmu meringankan tubuh ya? Selama tarian berlanjut orang2 dapat memberikan saweran di dekat tangga gelas. Sebenarnya tumpukan gelas bisa ditambah lebih tinggi jika ada penonton yg meminta. Tapi hari itu ga ada seorang penonton pun yg request jadi tumpukan tertinggi hanya 3 gelas. Coba aku tau, pasti aku request meski ga nyawer, hehe…J
Acara selanjutnya adalah makan. Iyei!! Makanan yg disediakan nampaknya adalah menu standar untuk prasmanan di daerah Bengkulu. Nasi putih dg campuran kayu manis, ayam kecap Bengkulu (mungkin! Penampilannya sih kaya ayam kecap), telur dadar ga tau dimasak apa, trus semacam bihun gitu deh. Aku asal makan aja tanpa banyak tanya karena nara sumber yg biasa ngasih info ga jelas ada dimana saking sibuknya. Ga mungkin juga nanya ke mempelai wanita yg lagi duduk di pelaminan.:p Tapi ada karedok di hidangan itu. Mungkin karena besan dari Sunda makanya ditambahin menu lalapan Sunda itu ya? Apapun yg terjadi lalapan itu menyegarkan banget karena makanan Bengkulu kebanyakan pake santan dan bumbu macem2 jadi kalo kebanyakan kerasa eneg juga. Trus ada pempek juga loh. Yg ini meskipun dah kenyang tetep ga ditinggalin. Di Jakarta belum nemu pempek yg enak soalnya, dan memang pempek di daerah asalnya (pempek yg terkenal dari Palembang tapi pempek Bengkulu juga ga kalah enak loh).
Pesta itu rame banget karena para keluarga mempelai wanita ternyata hobi nyanyi dan joget.Sayangnya pesta ditutup dg insiden mempelai wanita pingsan di pelaminan. Kayaknya dia kecapean deh. Beberapa hari terakhir hanya tidur beberapa jam trus pagi sebelum acara dia ga mau sarapan katanya. Aku dan teman2 yg takut ketinggalan pesawat ga ikutan ke rumah pengantin, tapi langsung cabut ke hotel ganti baju dan siap2 ke bandara. Lagian kalo kami ikut ke rumah malah ngerepotin kali ya.Tapi sebelum cabut kami mampir untuk pamitan sekalian ngeliat keadaan teman kami yg baru jadi pengantin itu. Untung deh dia dah sadar dan sedang istirahat.
3 hari yg cukup melelahkan di Bengkulu. Meski belum puas jalan2, belum puas menikmati laut juga makanan Bengkulu tapi kami harus balik. Mungkin suatu saat (terutama saat musim durian) aku jalan lagi ke Bengkulu :)
Sori ada beberapa foto yg ga bs ke-upload karena masalah internet :(
Labels: laporan
5 Comments:
inikah yg disebut "laporan ga seberapa lengkap"???? baru 2 kali ini aku kesulitan nyari icon 'comment' :))
By
Pre, at Mon Sep 24, 10:46:00 PM 2007
weleh.. weleh.. duoowoooneee... masukin muri emm'.. blog terpanjang :))
By
Anonymous, at Tue Sep 25, 03:34:00 PM 2007
hehehe..dowo nemen tah rek?
kalian pasti ga baca isinya ya? komene kok mek masalah 'panjang' blog! mesti ae dowo rek, lah itu laporan 3 hari!!
btw nek aku nulis laporan sepanjang ini di peta wisata pasti ga di-approve ya? ;)
By
Mee, at Wed Sep 26, 09:52:00 PM 2007
huahuahua... kalo di petawisata kamu jangan cerita pernikahane temenmu emm' :)), tapi lokasi yang dikunjungi.
btw itu piring2 uakeehhhhe sak mono gratis kabeh tah ? hihihi kok tampaknya lezat... trus tiap orang ambil satu-satu ?
By
Anonymous, at Thu Sep 27, 09:51:00 AM 2007
bagus jga...
buat iseng ngeliat orang nikmatin pemandangan kampung sendiri...
kpan mo k bengkulu lagi???
~kapzack90~
By
kapzack blog's, at Thu Sep 10, 04:35:00 PM 2009
Post a Comment
<< Home